SYIRIK

SYIRIK


Oleh : Ibnu Dzulkifli As-Samarindy


 


"Syirik" satu kata yang sering sekali mampir di telinga kita, walaupun terkadang bagi seseorang kata syirik bermakna berbeda dengan apa yang dipahami orang lain. Sebagian orang menggunakan kata "syirik" sebagai pengganti kata dengki atau hasad, sebagamana ucapan seseorang yang sering sekali kita dengar : " Dasar dianya saja yang syirik kepada saya " yakni maknanya " dengki atau hasad". Dan ini adalah penggunaan kata yang tidak pada tempatnya dan harus dihindari untuk mencegah salah sangka dari orang yang mendengarnya..Adapun dalam Istilah Syar'i , Syirik maknanya Menyekutukan sesuatu bersama Allah di dalam kekhususanNya dalam KeuluhiyahanNya, KerububiyahanNya serta Nama dan sifat-sifatNya.


Dan Syirik berdasarkan jenisnya terbagi menjadi dua jenis : Syirik Akbar (Syirik Besar) dan  Syirik Ashgor (Syirik Kecil)


JENIS PERTAMA : Syirik Akbar (Syirik Besar) yaitu Syirik yang pelakunya tidak akan diampuni Allah selama dia belum bertaubat dari kesyirikannya sebelum maut menjemput serta tidak akan menerima seluruh amalan sholih yang telah dikerjakan.


Berfirman Allah azza wa jalla :


إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا


Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia (Syirik) , dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya" (QS. An Nisa': 116)


Berfirman Allah subhana wa ta'ala


لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَا


Artinya : "Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (QS. Al Maidah : 72)


Dan firmanNya :


وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا


Artinya : "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan.lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqon : 23)


Dan firmanNya :


لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ


Artinya : " Sesungguhnya , Jika engkau berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar : 65)


لَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Artinya : " Seandainya mereka berbuat syirik , niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'am : 88)


Adapun apabila dia bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya sebelum maut menjemput, Allah akan mengampuninya.


Berfirman Allah azza wa jalla :


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


“Katakanlah “ Wahai hamba-hambaku yang melampaui  batas terhadap diri  mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Sesungguhnya dia maha pengampun dan maha penyayang” (QS. Az- zumar : 53)


Dan bentuk perbuatan syirik akbar terbagi dalam 4 bentuk perbuatan, yaitu :


Pertama : Syirik dalam doa


Sebelumnya harus diketahui, doa terbagi dua. Yaitu :


Pertama : Doa Ibadah, seperti Sholat, Puasa, Zakat, Haji dan ibadah-ibadah lainnya. Ibadah-ibadah ini teranggap sebagai doa, dikarenakan di dalamnya terkandung doa, yaitu agar dimasukkan surga dan dijauhkan dari Neraka dengan sebab mengerjakan amalan tersebut. Dan doa Ibadah ini tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, apabila ditujukan kepada selainnya maka pelakunya telah terjatuh dalam perbuatan syirik akbar. Seperti perbuatan seseorang yang bersujud kepada selain Allah atau berpuasa dengan tidak mengharap pahala Allah tapi dengan niat memperoleh ilmu kekebalan dsb.


Kedua : Doa Masalah, seperti meminta Rejeki, meminta keturunan atau meminta dilepaskan dari suatu kesulitan.


Doa masalah boleh ditujukan kepada selain Allah dengan dipenuhinya seluruh dari 3 syarat tanpa ada satupun yang tidak terpenuhi, yaitu :





  1. Hidup, yakni maknanya tidak boleh meminta tolong kepada orang yang sudah mati atau meminta tolong kepada batu, pohon dan semisalnya


  2. Hadir, Yakni maknanya yang dimintai tolong dapat berhubungan langsung dengan yang meminta tolong baik secara bertatap muka ataupun melalui alat perantara seperti Telepon, surat dan sebagainya. Sehingga tidak boleh diperbolehkan bagi seseorang meminta tolong kepada orang lain yang terpisah dalam jarak yang jauh tanpa adanya perantara yang zhohir. Seperti memanggil-manggil sang guru ketika terancam bahaya dalam keadaan sang guru terpisah jarak yang sangat jauh, dan dia berkeyakinan bahwa sang guru saat itu mampu mendengar permintaan tolongnya.


  3. Mampu, yakni maknanya yang dimintai bantuan memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan, sehingga tidak diperbolehkan bagi seseorang meminta kepada orang lain untuk diberi keturunan, diturunkan hujan atau dipanjangkan umur, karena semua kemampuan ini tidak dimilki oleh mahluk dan hanya Allah yang memilkinya.


Perbuatan syirik dalam doa masalah ini sebagaimana perbuatan sebagian orang yang berdoa kepada selain Allah dengan memohon perkara-perkara yang kemampuan tersebut tidak dimiliki kecuali oleh Allah, seperti berdoa kepada Jin, batu atau dukun untuk diberi keturunan atau rejeki atau dipanjangkan umur. Sebagian lagi berdoa dan memohon kepada jin-jin penunggu laut dan gunung meminta agar hasil tangkapan laut atau hasil pertaniannya melimpah. Maka semua perbuatan ini dan sejenisnya adalah tergolong perbuatan syirik akbar.


Allah ta'ala berfirman :


فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ


Artinya : "Maka apabila mereka menaiki kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)" (QS. Al-Ankabut : 65)


Allah ta'ala juga telah berfirman :


وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Artinya : “Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat hal itu maka sesungguhnya kamu dengan demikian termasuk orang-orang yang dzolim (musyrik).Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba hambaNya dan Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Yunus : 107).



Kedua : Syirik niat, maksud dan Tujuan


Dalilnya firman Allah ta'ala :


مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Artinya : "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan." (QS. Huud : 15-16)


Ketiga : Syirik ketaatan


Dalilnya firman Allah ta'ala :


اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ


Artinya : "Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam. Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar menyembah sesembahan yang Esa, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. At-Taubah : 31)


Dan tafsir ayat ini yang maknanya sudah jelas yaitu ketaatan kepada Ulama dan ahli Ibadah dalam perkara maksiat, dan bukanlah yang dimaksud mereka berdoa (beribadah) kepada mereka. Sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wassallam menafsirkan ayat ini kepada Adi bin Hatim Radhiyallahu 'anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassallam , beliau Radhiyallahu anhu berkata :"Tidaklah kami beribadah kepada mereka" maka Rasulullah shalallahu alaihi wassallam mengatakan kepadanya :"Yang dimaksud dengan beribadah kepada mereka yaitu menaati mereka dalam kemaksiatan" (Hadits dari Adi bin Hatim Radiyallahu' anhu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/378) Tirmidzi (2954) Ibnu Hibban (7206). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam  "Shohih Sunan Tirmidzi" (31/56)).


Dan pada kenyataannya hal ini sering kia temui di sekitar kita, suatu perkara yang sudah jelas dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang keharaman atau kehalalannya dengan enteng bisa dibantah seseorang dengan kalimat "tapi kata kyai saya gak haram kok" atau dengan kata-kata yang lebih halus "maknanya bukan seperti itu, kata ustadz saya ….."  Dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dikalahkan dengan ucapan ustadz, kyai, guru atau syaikhnya.


Keempat : Syirik Kecintaan


Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ


Artinya : "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman kecintaan mereka yang terbesar hanya untuk Allah semata." (QS. Al Baqarah : 165)



JENIS KEDUA  : Syirik Ashgor yaitu yaitu :"Segala sesuatu yang syariat melarangnya dari apa-apa yang merupakan perantara menuju syirik akbar dan jalan-jalan dalam menyampaikan kepadanya (syirik Akbar) serta datang dalil-dalil penamaan bahwa perkara tersebut adalah syirik (Lajnah Daimah, nukilan) :


Dan syirik Ashgor terbagi dua :


Pertama : Syirik Dzhohir (tampak) atas lisan dan anggota badan, yaitu perkataan dan perbuatan.


Contoh perbuatan syirik Ashgor dalam ucapan adalah seseorang yang bersumpah dengan selain nama Allah, seperti ucapan "Demi ayah dan ibuku" maka ini tergolong syirik ashgor, dengan catatan dia tidak sampai berkeyakinan dan bahwa bersumpah dengan nama ayah dan ibunya setara atau lebih dia agungkan dibanding bersumpah dengan nama Allah. Apabila sampai dia berkeyakinan seperti itu, maka dia telah terjatuh dalam syirik akbar bukan lagi syirik ashgor.


Contoh perbuatan Syirik Ashgor dalam perbuatan adalah seperti seseorang yang terhindar dari sebuah musibah marabahaya dan pada saat itu dia sedang mengenakan jimat, kemudian dia dia berkeyakinan bahwa yang menyelamatkan dia adalah Allah, akan tetapi dia meyakini bahwa Allah menghindarkannya dari musibah tersebut dikarenakan jimat-jimat yang dia pakai dan dia berkeyakinan seandainya dia tidak memakainya belum tentu Allah menolongnya, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam kafir Ashgor karena menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagi sebab.


Adapun apabila dia berkeyakinan bahwa selamatnya dia dari musibah tersebut disebabkan  jimat-jimat yang dia kenakan, dan dia meyakini bahwasanya Jimat-jimat itu dengan sendirinya memiliki kemampuan untuk menghindarkan dia dari musibah, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam Syirik Akbar.


Kedua : Syirik Khofiy (tersembunyi) yaitu syirik tujuan dan niat.


Contoh dari perbuatan syirik Ashgor yang khofiy seperti seseorang yang melakukan amalan shalat dengan niat mengharapkan wajah Allah akan tetapi dia membaguskannya ketika dia merasa ada orang lain yang memperhatikannya. Atau amalan seseorang berinfaq untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi bersamaan dengan itu dia juga dia menginginkan pujian manusia. Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :


فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا


Artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya". (QS. Al-Kahfi : 110)



PERBEDAAN-PERBEDAAN ANTARA SYIRIK AKBAR DAN SYIRIK ASHGOR :





  • Syirik Akbar mengeluarkan pelakunya dari agama (murtad) sedangkan syirik ashgor tidak.


  • Syirik Akbar pelakunya kekal diadzab dalam neraka, sedangkan pelaku syirik ashgor tidak kekal apabila diadzab di dalam neraka.


  • Syirik Akbar membatalkan seluruh amalan sholih, sedangkan syirik ashgor seperti riya' atau amalan yang mengharapkan bagian dari dunia hanya membatalkan amalan yang bercampur dengannya saja.


  • Syirik Akbar menyebabkan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan syirik ashgor tidak menyebabkan halal darah dan harta pelakunya.



Sumber catatan :


Al-Wajibat, Syaikh Muhammad At-Tamimi


Aqidattut Tauhid, Syaikh Sholih Fauzan


Catatan lainnya


Mengenal sifat-sifat Kaum Munafik

sdsad
"Dasar Munafik !!!" Kalimat yang tidak asing lagi di telinga kita. Dan tahukah anda bahwa Munafik itu ada yang kafir dan ada yang tidak, pahamilah sedikit catatan ringkas ini agar anda tidak terjatuh dalam kesalahan ketika mengeluarkan sesuatu dari lisan walaupun anda tidak berniat melakukannya. Munafik ada 2 jenis : اعتقادي (keyakinan) dan عملي (amalan)




JENIS MUNAFIK YANG PERTAMA : MUNAFIQ KEYAKINAN

Disebut juga Nifaq Akbar (Munafik besar) yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama atau kafir . Pelakunya adalah penghuni neraka yang paling dasar, sebagaimana firman Allah ta'ala :



إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا



Artinya : "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. An-Nisa' : 145-146)

Munafiq  keyakinan (اعتقادي) memiliki 6 bentuk perbuatan yaitu :

Pertama : Mendustakan Rasulullah shalallahu alaihi wassallam

Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

Artinya : "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta." (QS. Al-Munaafiquun : 1 )

Kedua : Mendustakan sebagian dari perkara-perkara yang Rasulullah shalallahu alaihi wassallam datang dengannya

Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :

وَيَقُولُونَ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ

Artinya  : "Dan mereka berkata: "Kami Telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. (QS. Nuur : 47)

Ketiga : Membenci Rasulullah shalallahu alaihi wassallam

Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :

يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya : "Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita Telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang Kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada Mengetahui." ( QS. Al-Munaafiquun : 8 )

Keempat : Membenci sebagian dari perkara-perkara yang Rasulullah shalallahu alaihi wassallam datang dengannya

Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ

Artinya : "Dan tidak ada yang menghalangi nafkah-nafkah mereka untuk diterima melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan tidaklah mereka  mengerjakan sembahyang, melainkan dengan rasa malas dan tidak (pula) mereka menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (QS. At Taubah : 54)

Kelima : Merasa gembira dengan kekalahan agama Rasulullah shalallahu alaihi wassallam

Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :

إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ

Artinya : " Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (Tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira." (QS. At-Taubah : 50)

Keenam : Merasa benci dengan ditolongnya (kemenangan) agama Rasulullah shalallahu alaihi wassallam

Dalilnya adalah firman Allah ta'ala :

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Artinya : "Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan."

(QS. Ali Imran:120)

Dan jenis Nifaq Akbar (besar) ini sangatlah berbahaya bagi Islam dan kaum muslimin dikarenakan tersamarnya keadaan mereka dan apa-apa yang mereka sembunyikan di dalam hati-hati mereka. Bagaimana tidak, mereka tampil di golongan kaum muslimin dengan wajah-wajah seorang tokoh pemikir, cendekiawan bahkan seorang da'i yang seolah-olah menyeru kepada jalan Allah. Dalam keadaan tidak ada yang mereka inginkan kecuali kehancuran Islam dan kekalahan kaum muslimin.

Dan ini tercermin dalam awal surat Al-Baqarah, ketika Allah menjelaskan tentang tiga golongan yang ada di dunia : Kaum Muslimin, Kaum Kafir dan Kaum Munafik. Allah Menjelaskan tentang kaum muslimin dalam empat ayat dan kaum kafir dengan dua ayat saja. Akan tetapi ketika menjelaskan tentang kaum munafik, Allah menjelaskannya dalam tiga belas ayat, dikarenakan besarnya fitnah yang mereka timbulkan dan kedudukannya mereka yang tersamarkan di hadapan kaum muslimin.


JENIS MUNAFIK YANG KEDUA : MUNAFIK  AMALAN

Disebut juga Nifaq Ashgor , yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama.

Berkata Syaikhul Islam tentang Nifaq Ashgor (Nifaq amali) :"Yaitu menampakkan ketaatan dan menyembunyikan (dalam hati) kemaksiatan " (Majmu' Fatwa, Nukilan)

Bentuk Munafik Amalan sangat banyak , dan yang paling banyak terjatuh manusia di dalamnya ada 5 bentuk: Apabila berkata dia berdusta, apabila berjanji dia ingkar, apabila dipercaya dia berkhianat, apabila berdebat dia berlebihan dan apabila terikat perjanjian dia menyelisihi.

Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassallam :

آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان

Artinya : "Tanda-tanda Munafik ada 3, apabila dia berkata dia berdusta, apabila dia berjanji dia ingkar dan apabila dipercaya dia berkhianat" (HR. Bukhari (33,2682,27849,6095) Muslim(59) Ahmad (9169) dari Abu Hurairoh Radiyallahu 'anhu)

Dan dalam riwayat lain :

إذا خاصم فجر وإذا عاهد غدر

Artinya : "Apabila berdebat dia berlebihan dan apabila terikat perjanjian dia menyelisihi" (HR. Bukhari (34,2459,3178) Muslim(68) Ahmad (6782) Abu Dawud (4688) tirmidzi (2632) dari Abdullah bin Umar Radiyallahu 'anhuma)

Dan dalam hadits lain :

Rasulullah shalallahu alaihi wassallam bersabda : " Empat perkara yang apabila terdapat (seluruhnya) pada seseorang maka dia adalah seorang Munafik asli, dan barangsiapa yang terdapat padanya bagian dari empat perkara tersebut maka terdapat pada dirinya bagian dari kemunafikkan sampai dia meninggalkannya . Apabila dipercaya dia berkhianat ,  apabila dia berkata dia berdusta, apabila terikat perjanjian dia ingkar  dan apabila berdebat dia berlebihan." (HR. Mutafaqqun Alaih)


Perbedaan-perbedaan antara Nifaq Akbar (Besar) dan Nifaq Ashgor (Kecil) :




  1. Nifaq Akbar (Besar) menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam dan Nifaq Ashgor (Kecil) tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam


  2. Nifaq Akbar (Besar) tidak mungkin sifat-sifat tersebut ada pada seorang mu'min dan Nifaq Ashgor (Kecil) terkadang menimpa seorang mu'min


  3. Nifaq Akbar (Besar) pada keumumannya pelakunya tidak bertaubat dari perbuatannya, seandainya pun bertaubat telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang diterima atau tidak taubatnya di hadapan hakim. Adapun Nifaq Ashgor (Kecil) para pelakunya kebanyakkan bertaubat dari perbuatannya.


  4. Nifaq Akbar (Besar) yaitu berbeda antara yang ditampakkan dan yang disembunyikan dalam perkara I'tiqod (keyakinan) adapun Nifaq Ashgor (Kecil) berbeda antara yang ditampakkan dan yang disembunyikan dalam perkara amalan bukan dalam perkara I'tiqod (keyakinan).

Wallahu A'lam


Sumber :

Al-Wajibat , Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi An-Najdi

Aqidattut tauhid,  Syaikh Sholih Al-Fauzan

Sumber-sumber lainnya

Birrul Walidain

Berbakti kepada kedua orang tua, sebuah jihad yang terlalaikan.

Telah berfirman Allah ta'ala :

وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيرُ

Artinya : " Dan telah kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tunanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepadaKulah kembalimu ." (QS. Luqman : 14)

Tidak butuh banyak kata-kata menafsirkan ayat ini, Insya Allah semua yang membaca akan paham tentang makna yang dikandungnya. Dalam ayat ini tergambar jelas perintah Allah kepada para hambanya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua mereka. Suatu perkara yang pada zaman ini seakan-akan menjadi sesuatu yang sulit ditemui. Bahkan sebaliknya, sumpah serapah, kata-kata kasar bahkan kalimat-kalimat tidak pantas telah menjadi makanan sehari-hari para orang tua. Dan anehnya sebagian manusia terkadang lebih hormat dan tunduk kepada atasannya di kantor atau kepada guru mereka di sekolah dibandingkan dengan kepada orang tuanya yang telah mengandung dan merawatnya dengan susah payah. Bahkan samapai-sampai apabila berbicara kepada guru atau atasan di kantornya sampai badannya sedikit membungkuk dan kepala menunduk-nunduk. Aneh, sungguh aneh..

Mari luangkan waktu kita sejenak wahai saudaraku untuk merenungi ayat, hadits dan ucapan para ulama tentang perkara penting ini, semoga setelah itu Allah memberikan hidayah dan taufiknya kepada kita untuk menjelma menjadi seorang manusia yang pandai bersyukur dan membalas budi kepada manusia-manusia yang paling berjasa di hidupnya.

Sungguh Allah telah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua di beberapa tempat dalam Al Qur'an, diantaranya :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : " Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali hanya kepadaNya, Dan agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Apabila salah seorang atau keduanya berada dalam pemeliharaanmu sampai berumur lanjut, janganlah sekali-kali berkata kepada mereka "Uf" dan janganlah membentak mereka serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (QS. Al-Isra' : 23-24)

Dan Allah ta'ala juga berfirman di dalam surat yang lain :

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Artinya : "Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan sesuatu apa pun bersamanya serta berbuat baiklah kepada kedua orang tua" (QS. An-Nisa' : 36)

Dan berfirman di dalam surat yang lain :

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلا اللهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Artinya : " Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil , Janganlah kalian menyembah kecuali hanya kepada Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua" (QS. Al-Baqarah : 83)

Berkata Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini : " Dan inilah hak-hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu Hak Allah Tabarrak wa ta'ala untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya . Kemudian hak-hak makhluknya yang paling tinggi dan paling utama yaitu hak kedua orang tua. Untuk inilah Allah mennyandingkan hakNya daan hak kedua orang tua" ( Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Baqarah :  83)

Dan sungguh wahai saudaraku, di dalam amalan berbakti kepada kedua orang tua terdapat keutamaan-keutamaan besar yang sebagian tidak terkandung pada amalan sholih lainnya , diantaranya adalah :

A. Termasuk dari amalan yang paling mulia

Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu , Beliau berkata : " Aku bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam , "amalan apakah yang paling dicintai Allah ?", beliau menjawab : : "Sholat tepat pada waktunya" kemudian aku bertanya lagi: " Kemudian apalagi ? " beliau menjawab : " Berbakti kepada kedua orang tua". Kemudian aku bertanya lagi : " Kemudian apalagi ?" Beliau menjawab :" Berjihad di jalan Allah" (HR. Bukhori No. 5970 dan Muslim No. 85)

B. Akan dihilangkannya kesulitan dan bala bencana .

Sebagaimana kisah teantang tiga orang yang terperangkap di dalam gua karena pintu gua tertutup oleh batu besar, maka masing-masing dari mereka berdoa kepada Allah dengan amalan yang mereka anggap paling sholih. Dan salah satu dari mereka berdoa dengan amalannya berbakti kepada kedua orang tua. Maka Allah angkat marabahaya dari mereka dengan bergesernya batu di depan pintu gua. ( Hadits Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma Riwayat Bukhori No. 2215 dan Muslim No. 2743)

C. Sebab terkabulnya doa

Dari Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu , Beliau berkata : " Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : " Akan datang kepada kalian Uways bin amir bersama penduduk Ahlu Yaman, berasal dari Murod dan kemudian dari Qorin. Dahulu dia pernah tertimpa penyakit kulit kemudian sembuh dari penyakit tersebut kecuali tinggal sebesar kepingan dirham. Dia memilki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya, seandainya saja dia meminta kepada Allah untuk menyembuhkan (sisa) penyakitnya tersebut  maka akan disembuhkan baginya. Apabila engkau (Wahai Umar) mampu meminta dia untuk memohonkan ampun (kepada Allah) untukmu maka lakukanlah" (HR. Muslim 2543)

D.Sebab Masuk ke dalam surga

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, beliau berkata : " Telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : " Ketika aku sedang tertidur, maka aku melihat diriku berada di dalam surga kemudian aku mendengar seseorang membaca Al-Qur'an. Maka aku bertanya : "Siapa ini ?" Mereka mengatakan : "ini adalah Haritsah bin Nu'man" Maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam berkata kepada Aisyah Radhiyallahu 'anha : " Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua , Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua (beliau mengulanginya dua kali.) dan dialah manusia yang paling berbakti kepada ibunya " (HR. Ahmad 6/152, Al-Hakim dalam Al-Mustadrok 3/208. Dishohihkan Al-Albani dalam As-Shohihah No. 913)

Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : " Sungguh celaka, Sungguh celaka, Sungguh celaka" maka ada yang bertanya : " Siapa dia wahai Rasulullah?"  beliau menjawab : " Barangsiapa yang menemui salah seorang atau kedua orang tuanya dalam keadaan tua, dan tidak menyebabkan dia masuk surga" (HR. Muslim No. 9 dan Bukhori dalam Adabul Mufrod No. 16)

E. Sebab keridhoan Allah adalah ridho orang tua

Dari Abdullah bin Amr' Radhiyallahu 'anhuma , Nabi shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Keridhoan Allah bersama Ridho orang tua dan kemurkaan Allah bersama murka orang tua" (HR. Tirmidzi No.1899 dan Dishohihkan Al-Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi No. 1549)

F. Termasuk amalan Jihad

Dari Abdullah bin Amr' Radhiyallahu 'anhuma, Beliau berkata : Seorang lak-laki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : " Bolehkah aku turut berjihad ?" maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bertanya : " Apakah engkau masih memilliki kedua orang tua ?" maka dia menjawab : "Ya" maka Rasulullah mengatakan : " Maka kepada keduanyalah engkau berjihad " (HR. Bukhori-Muslim)

Selain perkara-perkara yang sudah disebutkan, ada perkara lain yang terkait dengan berbakti kepada kedua orang tua, yaitu :

Berbakti kepada Ibu lebih didahulukan dibanding berbakti kepada ayah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , Beliau berkata : " Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam dan bertanya : " Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik ?" Beliau menjawab : " Ibumu " kemudian laki-laki itu bertanya lagi : " Kemudian siapa ? " beliau menjawab : " Ibumu ". kemudian laki-laki itu bertanya lagi : " Kemudian siapa ? " beliau menjawab : " Ibumu ". kemudian laki-laki itu bertanya lagi : " Kemudian siapa ? " Rasulullah menjawab : " Kemudian ayahmu." (HR. Bukhori 5971 dan Muslim 2547)

Dan Al-Muhaasiy telah berpendapat dalam kitabya Ar-Ri'ayah, Bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan tigaperempat kebaikan untuk ibu dan untuk ayah seperempatnya, berdasarkan pendalillan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.

Bolehnya berbakti kepada orang tua yang kafir apabila memungkinkan.

Dari Asma' bintu Abi Bakar Radhiyallahu 'anhuma, Beliau berkata :" Ketika zaman Rasulullah, Ibuku datang menjengukku (Ibu beliau kafir. Pen) maka aku bertanya kepada Rasulullah , Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengannya. Maka Rasulullah menjawab :" ya" (HR. Bukhari-Muslim)

Dan perhatikanlah bagaimana para ulama berbakti kepada kedua orang tuanya.

Dari Muhammad Al-Munkadir, beliau berkata : " Saudaraku Umar menghabiskan malamnya dengan melakukan sholat dan aku menghabiskan malamku dengan memijat kaki ibuku. Dan tidaklah aku lebih mencintai malam saudaraku dibanding malamku sendiri " (As-Siyar 5/359)

Berkata Abu Bakar bin Iyas, : " Dahulu aku pernah duduk bersama Mansyur bin Mu'tamir di rumahnya, maka ibunya memanggilnya dengan keras dan beliau memang memiliki sifat  keras. Ibunya berkata :" Ibnu Hubairoh menginginkan engkau untuk memutuskan suatu perkara, maka mengapa engkau tidak memenuhinya ?" dan Mansyur bin Mu'tamir menunduk menempelkan janggutnya dia atas dadanya, tidak berani mengangkat kepalanya memandang kepada ibunya" (As-Siyar 5/405)

Saudaraku, setelah mengetahui tentang keutamaan-keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, maka harus diketahui tentang makna berbakti kepada kedua orang tua dan batasan ketaatan mereka.

Berkata Hasan Al-Bashri : " Berbakti kepada kedua orang tua adalah mencurahkan seluruh apa-apa yang engkau miliki dan menaati apa-apa yang mereka perintahkan kecuali dalam perkara maksiat" (Ad-Darul Mansyur 5/259)

Berkata Ibnul Jauzi : " Berbakti kepada keduanya dengan menaati perintah keduanya selama bukan perkara yang terlarang, mendahulukan perintah keduanya diatas amalan-amalan Sunnah, menjauhi apa-apa yang mereka larang, menyantuni mereka, menunaikan keinginan mereka, bersungguh-sungguh dalam melayani mereka, beradab dan menyegani keduanya. Maka janganlah seorang anak mengangkat suaranya diatas suara kedua orang tuanya dan janganlah memanggil mereka dengan namanya. Apabila berjalan, berjalanlah di belakang mereka dan sabar atas apa-apa yang dibenci yang ada pada mereka". (Al-Biir Was Silah hal. 57)

Adapun ketika orang tua memerintahkan sesuatu atau menginginkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka boleh bagi kita untuk tidak menaatinya dalam perkara tersebut dan tetap menaatinya dalam perkara-perkara lainnya.

Berkata Imam Bukhori dalam Shohihnya : "Bab berbakti kepada kedua orang tua di dalam perkara-perkara yang bukan maksiat"

Berkata Imam At-Thobari : " Jadilah engkau di depan keduanya (orang tua) dengan merendahkan diri dan berikan kasih sayang darimu dengan menaati keduanya dengan apa-apa yang mereka perintahkan di dalam perkara-perkara yang bukan maksiat serta tidak meyelisihi mereka di dalam apa-apa yang mereka cintai" (Tafsir At-Thobari 14/550)

Dan salah satu dalil tentang perkara ini adalah kisah Sa'ad bin Abi Waqash Radhiyallahu 'anhu , Beliau berkata : " Sebab diturunkannya surat :



وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(Artinya : " Dan telah kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan bersamaku sesuatu yang engkau tidak memilki pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu menaati keduanya. Hanya kepadaKulah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa-apa yang telah engkau kerjakan " (QS. Al-Ankabut : 8 ) Adalah berkaitan denganku. Dahulu aku sangat berbakti kepada ibuku, ketika aku telah masuk Islam, ibuku berkata kepadaku :" Wahai Sa'ad agama apa ini ? agama yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Sungguh engkau harus meninggalkan agama ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku akan mati. Maka engkau akan dijuluki "Wahai orang yang telah membunuh ibunya". Maka aku berkata " Jangan engkau melakukannya wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak akan pernah meninggalkan agamaku ini demi apa pun" Maka berlalulah satu hari satu malam dalam keadaan ibuku tidak mau makan dan minum, maka ketika sudah melewati malam, maka sungguh ibuku mulai lemas. Ketika aku melihatnya seperti itu, maka aku berkata : " Wahai ibuku. Ketahuilah. Demi Allah seandainya engkau memiliki seratus nyawa dan engkau keluarkan satu demi satu, sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku. Maka terserah engkau, apakah engkau mau makan atau tidak." Maka setelah melihat pendirianku, ibuku mau makan." (As-Siyar 1/109)

Inilah saudaraku,  sekelumit catatan ringkas tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua, berbakti kepada dua manusia yang paling berjasa dalam hidup kita.



Sumber Catatan :

Tholabul Ilmi wa Birul Walidain, Kamal bin Tsabit Al-Adany

As-Shohih minal Atsar fi Khutobil Minbar, Faishol Al-Hasyidiy



Catatan Khusus : Untuk kedua orang tuaku yang sabar menunggu…

Sifat Wudhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ


"Wahai orang-orang yang beriman jika kalian berdiri untuk (mendirikan) sholat maka basuhlah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian hingga ke siku-siku dan basuhlah kepala-kepala kalian dan (cucilah) kaki-kaki kalian hingga kedua mata kaki"

(QS. Al-Maidah : 6)

water
Sebagaimana dalam perkara-perkara fiqih lainnya yang dipenuhi perbedaan pendapat di kalangan para ulama, maka begitu juga dalam perkara wudhu, tidak terlepas dari segala perbedaan pendapat tersebut. Oleh sebab itu, kami akan memaparkan sifat (tata cara ) wudhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam dengan metode pendek dan ringkas dengan membawakan pendapat yang paling kuat di kalangan para ulama serta dalil-dalil yang menguatkannya, tentunya dengan segala kesederhanaan ilmu yang ada pada kami.



Syarat Wudhu :
  1. Islam

  2. Baligh

  3. Tammyiz

  4. Niat

  5. Air yang suci dan meyucikan

  6. Tidak adanya sesuatu yang menghalangi air menyentuh permukaan kulit

  7. Jika seseorang selesai dari membuang hajat maka dia harus bersuci dahulu dari hajatnya sebelum memulai berwudhu

Sifat wudhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam "


1. Berniat

Berdasarkan hadits Umar Radhiyallahu 'anhu .karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda ; "Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya".(Mutafaqun alaih).

Dan niat letaknya dalam hati dan tidak dilafadzkan dengan lisan, karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam melafadzkan niat dengan lisannya dan tentunya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam lebih berhak untuk diitaati dibanding manusia selainnya.


2. Membasuh wajah

Berdasarkan firman Allah ta'ala:

إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ

" Jika kalian berdiri untuk (mendirikan) sholat maka cucilah wajah-wajah kalian" (QS. Al-Maidah : 6)

Dan termasuk dari membasuh wajah adalah berkumur-kumur , memasukkan air ke dalam hidung dan menghembuskannya keluar dari hidung (Istinsyaq dan Istinsyar). Dan ini dilakukan sebelum membasuh permukaan wajah.

Dalilnya diantaranya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu : "Barangsiapa yang berwudhu hendaklah dia beristinsyaq " (HR. Muslim)

Dan juga hadits yang diriwayatkan dari hadits Laqith bin Sobroh Radhiyallahu 'anhu , bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : "Jika engkau berwudhu maka berkumur kumurlah " (HR. Abu Dawud dan Daruquthni)


3. Membasuh kedua tangan hingga siku.

Dallilnya adalah firman Allah :

وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ

"(Dan basuhlah) tangan-tangan kalian hingga ke siku-siku" . (QS. Al-Maidah : 6)


4. Mengusap seluruh permukaan kepala.

Mengusap seluruh permukaan kepala.dengan sisa air yang ada di tangan setelah selesai membasuh tangan tanpa mengambil cidukan air yang baru. Dalilnya firman Allah ta'ala :

وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ

"Dan usaplah kepala-kepala kalian" (QS. Al-Maidah : 6)

Dan termasuk dari mengusap kepala adalah membasuh kedua telinga, dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma :

"Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengusap kepalanya dan kedua telinganya baik bagian luar maupun yang bagian dalam" (Hadits shohih, dishohihkan oleh Tirmidzi, Irwa’ul Ghalil 90)


5. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki.

Dalilnya firman Allah ta'ala :

وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

"dan (basuhlah) kaki-kaki kalian hingga kedua mata kaki " (QS. Al-Maidah : 6)



Tata cara wudhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam "




  1. Berwudhu tiga kali- tiga kali, Berdasarkan Hadits Utsman Radhiyallahu 'anhu , Mutafaqun Alaih.

  2. Berwudhu dua kali- dua kali , Berdasarkan Hadits Abdullah bin Zayd Radhiyallahu 'anhu Riwayat Bukhori No. 158

  3. Berwudhu sekali-sekali , Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma : " Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam berwudhu satu kali-satu kali" (HR. Bukhari)

  4. Berwudhu tiga kali- tiga kali dan ketika membasuh tangan sampai ke siku melakukannya hanya dua kali, berdasarkan hadits Abdullah bin Zayd Radhiyallahu 'anhu .

  5. Membasuh sebagian anggota wudhu satu kali dan sebagian lagi lebih dari satu kali, hal ini diperbolehkan berdasarkan hadits Abdullah bin zayd Radhiyallahu 'anhu : " Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam berwudhu, maka beliau membasuh wajahnya tiga kali, membasuh tangannya dua kali dan menyapunya kepalanya satu kali" (Mutafaqun Alaih)

Tambahan


Dan disunnahkan mengusap kepala hanya sekali, Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Imam Malik dan diriwayatkan juga bahwa ini adalah pendapat ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma , Salim bin Abdillah bin Umar, Mujahid dan sebagian besar ulama dari kalangan sahabat. Namun diperbolehkan terkadang melakukannya tiga kali, sebagaimana telah shohih dari Utsman Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam pernah mengusap kepalanya tiga kali. (Shohih sunan Abu Dawud No 95).


Pembatal-pembatal Wudhu


1. Sesuatu yang keluar dari kemaluan atau dubur seperti angin, kotoran atau kencing

Berdasarkan hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam : " Tetapi karena buang air besar , buang air kecil dan tidur " (Hadits Hasan, Lihat Irwa’ul Ghalil no 10)

2. Junub

3. Hilangnya akal seperti tidur nyenyak, pingsan dll

4. Menyentuh kemaluan atau dubur secara langsung tanpa penghalang

Berdasarkan hadits dari Busroh binti Shofwan Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam bersabda : “Barang siapa yang menyentuh dzakarnya maka hendaklah dia berwudhu”.

5. Memakan daging unta

Berdasarkan hadits dari dari Jabir bin Samuroh Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam : “ Apakah saya berwudhu karena (memakan) daging kambing?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab :”Kalau kamu mau maka berwudhulah dan kalau tidak maka janganlah berwudhu”. Dia berkata :”Apakah saya berwudhu karena (makan) daging unta?”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam

menjawab : “Ya, berwudhulah karena (makan) daging unta!”. (HR. Muslim (360))


Dan menyentuh wanita tidaklah membatalkan wudhu secara mutlak atas pendapat yang kuat, selama tidak sampai mengeluarkan sesuatu dari kemaluan.

Berdasarkan hadits dari ِAisyah Radhiyallahu ‘anha : "Aku kehilangan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam pada suatu malam, maka akupun mulai mencarinya dengan kedua tanganku. Maka tanganku berada (menyentuh) pada kedua kakinya yang tegak dan beliau dalam keadaan bersujud." (HR. Muslim (486) dan An-Nasai 1/101)



Sumber catatan :




  1. Sholat Muslim, Faishol Al-Hasyidiy


  2. Fathul Alam, Syaikh Muhammad bin Hizam Al-Ibby


  3. Ta'liq ala Umdahtul Ahkam, Syaih Zayyid Al-Wushobiy


  4. Sumber-sumber lainnya.