Adakah Nabi atau Rasul dari kalangan Wanita ??

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang tidak adanya seorang Rasul dari kalangan para wanita. Adapun tentang masalah apakah ada nabi dari kalangan para wanita, maka sebagian ulama berpendapat dengan adanya nabi dari kalangan para wanita diantara mereka adalah Abul Hasan As-Asy'ari, Al-Qurthubi dan Ibnu Hazm Rahimahumullah. Akan tetapi pendapat ini lemah dan telah dilemahkan oleh ulama lainnya.


Salah satu dalil tentang tidak adanya rasul maupun nabi dari kalangan para wanita adalah firman Allah :



وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَيَنظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ اتَّقَواْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ


Artinya : Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (QS Yusuf : 109)



وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَيَنظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ اتَّقَواْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

Apakah seorang Nabi adalah Rasul ??

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang nabi dan rasul, sebagian berpendapat bahwa setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya. Akan tetapi Al-Imam As-Syinqithy dalam Adhwaul bayan 5/735 berpendapat bahwa sebaliknya , yaitu setiap nabi adalah rasul dan setiap rasul adalah nabi, dan beliau berdalil dengan firman Allah :


وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ


Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS-Al-Hajj : 52)





!$tBur $uZù=yör& `ÏB y7Î=ö6s% `ÏB 5Aqߧ Ÿwur @cÓÉ<tR HwÎ) #sŒÎ) #Ó©_yJs? s+ø9r& ß`»sÜø¤±9$# þÎû ¾ÏmÏG¨ÏZøBé& ã|¡Yusù ª!$# $tB Å+ù=ムß`»sÜø¤±9$# ¢OèO ãNÅ6øtä ª!$# ¾ÏmÏG»tƒ#uä 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒOŠÅ3ym ÇÎËÈ




Adakah ulama yang Membolehkan Oral Seks ?

Telah datang pertanyaan dari seorang sahabat kami tentang ulama yang memperbolehkan melakukan oral seks ?? Beliau ragu ketika kami kabarkan, bahwa ada ulama ahlusunnah yang berpendapat bolehnya melakukan hal tersebut. Maka berikut catatan ringkas kami :


Salah satu ulama tersebut adalah Syaikh Abdullah Bin Baaz Rahimahullah ketika beliau memberikan catatan kaki (Ta'liq) terhadap Kitab Ar-Raudhul Murbi' Syarah zaadil Mustaqnie pada  bab Haid ketika membahas larangan mendatangi istri pada Farji ketika Haid. Beliau memberikan ta'liq (secara makna) :


"Dia (suami) istimta' (bernikmat-nikmat) dari istrinya dengan sesuatu yang lain (selain Farjinya) dengan tangan (istrinya) dan Mulutnya......" hingga ucapan beliau ... "hingga keluar mani dan tidak boleh baginya mendatanginya pada farjinya"


(Ta'liq Ibnu Baaz Rahimahullah pada kitab Ar-Raudhul Murbi' Syarah zaadil Mustaqnie pada  bab Haid Jilid 1 Hal 174. Catatan kaki No. 1. Cetakan Darul Atsar Mesir , Cetakan pertama Tahun 2006 M)


Ada banyak ulama-ulama lainnya selain beliau yang berpendapat tentang bolehnya melakukan oral seks, baik dari kalangan ulama terdahulu maupun masa kini. (Insya Allah pada catatan - catatan berikutnya)


Akan tetapi pendapat yang shohih adalah tidak bolehnya hal tersebut, silahkan baca artikel dan fatwa Ulama tentang permasalahan tersebut disini . Wallahu a'lam

Apabila Rasulullah meninggalkan sesuatu yang diperintahkannya

Termasuk dari Qowaidhul  Fiqih yang disebutkan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah adalah :


“Apabila Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam memerintahkan suatu perkara dan kemudian beliau mengerjakan yang menyelisihinya maka menunjukkan perintah  tersebut tidak wajib “ (As-Syarhul Mumti’ 1/305)



Penjelasan


Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah mencontohkan bahwa perintah berwudhu dari sesuatu yang disentuh api (dimasak) hukumnya tidak wajib, karena shohih dari Nabi Shalallahu 'alahi wassallam dalam hadits Jabir Rhadiyallahu 'anhu bahwa beliau pada akhir umurnya meninggalkan berwudhu dari memakan sesuatu yang disentuh api (dimasak)


Beliau sendiri tidak berpendapat bahwa hadits Jabir Rhadiyallahu 'anhu adalah penghapus hadits-hadits tentang wajibnya berwudhu dari sesuatu yang disentuh api (dimasak) beliau memilih dengan menggabung dalil-dall yang ada

Mengembalikan Kepada Adat dan kebiasaan Manusia

Termasuk dari Qowaidhul  Fiqih yang disebutkan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah adalah :


“Apabila datang dalil syar’i tentang sesuatu dan tidak datang syariat menjelaskan batasannya maka batasannya kembali kepada adat dan kebiasaan manusia.” (As-Syarhul Mumti’ 1/272)


Penjelasan :


Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah menjelaskan pula bahwa yang teranggap adalah adat dan kebiasaan pertengahan manusia, bukan berdasarkan pandangan setiap orang.


Misal penerapan kaidah ini adalah  telah disebutkan dalam syariat keringanan bagi orang yang safar untuk mengqashar (meringkas) sholatnya dalam keadaan tidak datang penyebutan dalam syariat tentang batasan jarak atau waktu sebuah perjalanan bisa dikatakan sebagai sebuah safar. Sehingga dengan kaidah ini maka dikembalikan kepada pandangan manusia yang adil dan pertengahan, apabila sebuah perjalanan dari satu daerah ke daerah tertentu telah mereka anggap sebagai sebuah safar maka berlakulah hukum-hukum safar. Wallahu A’lam

3 Jenis Penafian

Termasuk dari Qowaidhul  Fiqih yang disebutkan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah adalah :


"Penafian dalam Syariat ada 3 jenis tingkatan, Pertama untuk menafikan wujud kemudian penafian sahnya dan yang ketiga untuk menafikan kesempurnaan" (As-Syarhul Mumti’ 1/158)



Penjelasan :


Apabila datang dari Al-Quran dan As-sunnah tentang penafian sesuatu maka pada asalnya penafian tersebut adalah penafian wujudnya, apabila wujudnya ternyata ada maka penafian itu adalah untuk menafikan sahnya, walaupun bisa dikatakan juga jenis penafian ini adalah penafian wujud secara syar’i dan yang ketiga apabila yang dinafikan tersebut wujudnya ada dan tetap sah,maka penafian tersebut adalah untuk menafikan kesempurnaan.


Misal penafian wujud adalah penafian dalam syariat “ Tidak ada pencipta selain Allah” . Ini adalah penafian wujud, karena memang tidak ada wujud pencipta lain selain Allah ta’ala


Misal untuk penafian sah adalah : “Tidak ada sholat bagi yang tidak membaca Al-Fatihah” Maka dalam penafian ini, yang dinafikan adalah penafian sahnya sholat orang yang tidak membaca Al-Fatihah karena seseorang yang sholat dan tidak membaca Al-Fatehah, wujud sholatnya tetap ada akan tetapi teranggap tidak sah sholatnya.


Misal dari penafian kesempurnaan adalah :  “Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga dia menyintai untuk saudaranya apa-apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri” Penafian ini menunjukkan penafian kesempurnaan iman, karena tidak terdapat padanya dua penafian yang terdahulu. Yakni maknanya bukanlah penafian wujud dan bukanlah penafian sahnya. Wallahu a’lam

Keraguan yang terjadi setelah selesainya ibadah tidak teranggap

Termasuk dari Qowaidhul  Fiqih yang disebutkan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah adalah :


"Keraguan yang terjadi setelah selesainya ibadah tidak teranggap " (As-Syarhul Mumti’ 1/206)


Penjelasan :
Misalkan sesorang setelah selesai dari sholat dhuhur merasa ragu, apakah ketika tadi sholat dia berniat dengan niat sholat dhuhur ataukah dengan niat  sholat ashar, maka keraguan yang seperti ini tidak teranggap. Selama dia telah melakukan sholat dhuhur maka yang teranggap adalah dia telah melakukannya dan tidak perlu menoleh kepada keraguannya. Berbeda halnya ketika selesai sholat dhuhur dia yakin bahwa dia telah salah dalam berniat dengan berniat sholat ashar, maka ini dibangun diatas keyakinan bukan keraguan. Sehingga ada hukum lain yang dibangun diatasnya.

Tidak setiap yang haram itu najis

Termasuk dari Dhawabitul Fiqih yang disebutkan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah adalah :


- Setiap yang halal pasti suci (tidak Najis)


- Setiap yang Najis pasti haram


- Tidak setiap yang haram pasti najis


- Tidak dilazimkan bahwa sesuatu yang suci pasti halal


(As-Syarhul Mumti’ 1/94-95)


Penjelasan :


Contoh setiap yang halal pasti suci adalah bangkai ikan, Allah telah menghalalkan bangkai ikan maka dengan kaidah yang dibawakan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah ini menunjukkan bahwa bangkai ikan adalah suci, karena tidak mungkin Allah menghalalkan untuk memakan sesuatu yang najis.


Contoh Setiap yang najis pasti haram misalnya adalah kencing manusia , kencing manusia najis berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma’ maka dengan kaidah ini maka diharamkan meminumya.


Contoh tidak setiap yang haram pasti najis adalah Khamr, Khamr haram untuk diminum tetapi tidak melazimkan bahwa khamr najis (Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah berpendapat bahwa khamr tidak najis). Sehingga dibutuhkan dalil lain untuk menunjukkan najisnya sesuatu , tidak cukup dengan dalil bahwa benda tersebut  haram.


Contoh tidak dilazimkan bahwa sesuatu yang suci (bukan najis) pasti halal adalah adalah hewan kucing, kucing tidaklah najis akan tetapi tidak halal memakannya.

Menjelajah Mesjid-Mesjid Dunia dengan 3D

Software ini adalah software yang menarik dan unik, anda tinggal mengunduhnya dari sini, apabila telah selesai, maka cukup klik 2 kali pada hasil unduhan tersebut,maka anda akan berpindah ke mesjid-mesjid yang berada di luar negeri sana. Seakan-akan anda benar-benar berada di tempat tersebut, dengan menggerakkan mouse anda maka arah pandangan anda pun di tempat tersebut akan mengikuti gerakan mouse tersebut.  Benar-benar seperti realita, sayangnya belum diiringi dengan suara.


Ada beberapa koleksi mesjid yang telah tersedia, mulai Mekkah, Madinah, Sana'a, Istambul Sampai ke negeri Belanda.


Selamat menjelajahi mesjid-mesjid dunia...


Contoh Screen Shoots dari software mesjid 3 Dimensi :



Mesjidil Haram



Mesjid Nabawi


Jami' Ash-Sholih, Sana'a Yaman



software islam,download software islam,islamic software,free islamic software,download software islam gratis,software hadits,download terjemahan al-qur'an,download program islam,download software al-qur'an,download murottal al-qur'an,download murottal lengkap,herbal samarinda,agen herbal samarinda,kios herbal samarinda,beli herbal di samarinda

Ushul Fiqih dan Qowaidul Fiqih

PENGERTIAN USHUL FIQIH DAN QOWAIDHUL FIQIH


Ilmu Ushul Fiqih adalah "Ilmu  yang membahas  dalil-dalil  fiqih  yang  umum  dan  bagaimana cara mengambil faidah dari dalil-dalil tersebut serta kondisi orang yang mengambil faidah"


Yang dimaksud pembahasan "dalil-dalil Fiqih yang umum" semisal : "perintah  menunjukkan  hukum wajib", "larangan  menunjukkan  hukum  haram", "sah-nya  suatu  amal menunjukkan amal tersebut telah terlaksana"


Yang dimaksud dengan "bagaimana cara mengambil faidah dari dalil-dalil tersebut" yaitu mengetahui  bagaimana mengambil  faidah  hukum  dari dalil-dalilnya dengan mempelajari hukum-hukum  lafadz dan penunjukkannya seperti seperti  lafadz-lafadz umum,  khusus, muthlaq, muqoyyad, dalil yang nasikh (menghapus) , Dalil-dalil yang mansukh (terhapus) , dan  lain-lain.


Yang dimaksud dengan "kondisi orang yang mengambil faidah" yaitu mengenal kondisi/keadaan seorang mujtahid.  yaitu orang yang dapat mengambil  faidah  hukum  dari  dalil-dalil. Disebutkan di dalamnya syarat-syarat ijtihad dan Mujtahid,  hukumnya dll.


Adapun Qowaidhul Fiqih adalah satu perkara menyeluruh yang dibangun diatasnya bagian besar hukum yang merupakan cabang dari perkara yang menyeluruh tersebut serta dapat dipahami dari perkara menyeluruh tersebut hukum-hukum cabang yang berada di bawahnya.


Contoh dari salah satu  Qowaidhul Fiqih semisal "Setiap amalan tergantung dari niatnya" maka dari kaidah umum ini dapat diambil hukum terhadap cabang-cabang yang berada di bawahnya baik dalam ibadah seperti sholat,puasa,haji dll ataupun perkara muamalah seperti Jual beli dll


PERBEDAAN ANTARA USHUL FIQIH DAN QOWAIDHUL FIQIH


Terdapat beberapa perbedaan antara ushul fiqih dan Qowaidhul Fiqih yang disebutkan para ulama, diantaranya yang paling mendasar adalah Ushul Fiqih digunakan  untuk memahami dalil kemudian mengambil sisi pendalillan darinya, contohnya ketika seseorang membaca hadits tentang larangan kencing di air yang tergenang, maka orang tersebut langsung mengatakan bahwa hukum kencing di air yang tergenang adalah haram karena  dalam ushul Fiqih "Hukum larangan dalam syariat secara asal menunjukkan keharaman" Sehingga bisa dikatakan bahwa kaidah ushul fiqih membutuhkan dalil untuk diterapkan padnya kaidah ushul fiqih tersebut.


Sedangkan Qowaidul Fiqih bisa dikatakan bahwa kaidahnya-kaidahnya dapat langsung diterapkan pada cabang-cabang ibadah dan muamalah yang berada di bawahnya tanpa membutuhkan melihat atau mendatangkan dalil syariat dari Al-Qur'an dan Al-Hadits, karena kaidah ushul fiqih sendiri sebagian besar dibangun diatas dalil al-Qur'an dan As-sunnah. Misalkan kaidah Fiqih: "Setiap amalan tergantung pada niatnya" maka kaidah ini sendiri adalah kaidah yang dibangun diatas Lafadz hadits umar bin Khathab Rhadiyallahu 'anhu.


Lalu ada pula yang disebut Dhawabitul Fiqih, bedanya dengan Qowaidul Fiqih adalah Dhawabitul fiqih hanya dapat diterapkan pada satu cabang atau sebagian kecil cabang bab-bab Fiqih, adapun Qowaidul Fiqih dapat diterapkan pada sebagian besar bab-bab fiqih. Misal dari Dhawabitul Fiqih adalah : "Setiap najis pasti haram" yakni maknanya bahwa setiap sesuatu yang dihukumi najis maka otomatis haram memakan dan meminumnya. Dan kaidah ini hanya mencakup bab bersuci dan bab makan dan minum, bedakan dengan Qowaidul  Fiqih yang kaidahnya lebih global dan menyeluruh.


Sumber catatan :


Ushul min Ilmil Ushul, Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah


Tahqiq dari Qowaid wa Ushul Jami'ah, Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah

Kategori Ushul Fiqih dan Qowa'id Fiqih

بِسْمِ اللهِ الْرَّحمَنِ الْرَّحَيمِ


Kategori baru dalam Blog ini adalah kategori yang berisi tentang catatan kami berkaitan dengan ushul Fiqih dan Qowaidul Fiqih. Apa itu ushul Fiqih dan Qowaidul Fiqih ?? Silahkan baca artikel berikutnya.


Kitab-kitab yang membahas ushul Fiqih dan Qowaidul Fiqih sangatlah banyak, dan pada catatan-catatan kami dalam blog ini, kami akan menukil ushul Fiqih dan Qowaidul Fiqih yang dibawakan oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah dalam kitab beliau Syarhul Mumti'.


Semoga bermanfaat.



Dauroh Ramadhan Di Samarinda

Hadirilah!


Dengan Mengharap ridho Allah, PonPes Ta’zhimussunnah Samarinda insyaAllah akan menyelenggarakan Dauroh selama sebulan, sebagai berikut:


Tanggal : 11 Agustus 2010 s/d 08 September 2010


Pemateri :


1. Al Ustadz Abu Abdirrohman Abdul Aziz


2. Al Ustadz Abu Ahmad Ali


Kajian Kitab :


1. Majmu’ Al fawaid karya Asy Syaikh As Sa’di


2. Ibaarot Muhimmah karya Asy Syaikh Muhammad Umar Bazmul


3. Adabul Mufrod karya Al Imam Bukhori


4. Sifat Al Mar’ah Al Muslimah karya Ummu Usamah Al ‘Abasiyah


Waktu : Ba’da Ashar jam 16.00-17.00 dan Ba’da Isya jam 20.00-21.00


Tempat : Masjid Darul Ilmi, PonPes Ta’zhimussunnah Jl.Gunung Lingai RT. 02 No. 71 Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Samarinda Utara.


Undangan : Umum (Pria dan Wanita)


Informasi : Telp. 05417010648, 085250249020


Atas Kehadirannya kami ucapkan Ahlan wa sahlan wa Jazakumullahu khoiro

HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU BERDASARKAN BAB

HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU BERDASARKAN BAB [1]




  1. Hadits-hadits dengan ladfadz yang jelas tentang Iman bertambah dan berkurang atau tidak bertambah dan tidak berkurang semuanya tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam dan Dinukilkan bahwa lafdz terebut  dari ucapan para sahabat dan Tabi’in [2]

  2. Hadits-hadits tentang Al-Murjia’h dan Al-Asy’ariyah tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam .[3]

  3. Hadits-hadits tentang akal dan keutamaannya tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam[4]

  4. Hadits-hadits tentang umur Khidir Alaihi Salam dan Ilyas Alaihi Salam serta keberadaan mereka hingga saat ini tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

  5. Hadits-hadits tentang menuntut ilmu adalah wajib tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [5]

  6. Hadits-hadits tentang barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu kemudian menyembunyikannya, tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [6]

  7. Hadits-hadits tentang keutamaan Abu Hanifah dan Imam As-Syafi’i atau celaan terhadap keduanya tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam , semuanya palsu.[7]

  8. Hadits-hadits tentang hadits menggunakan air yang telah diterpa matahari tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam[8]

  9. Hadits-hadits tentang hadits mengeringkan (mengelap) anggota wudhu tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [9]

  10. Hadits-hadits tentang hadits perintah berwudhu bagi yang telah memandikan Jenazah tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam .[10]

  11. Hadits-hadits tentang hadits larangan masuk ke kamar mandi tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [11]

  12. Hadits-hadits tentang mengeraskan ucapan Basmallah dalam Sholat tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [12]

  13. Hadits-hadits tentang bolehnya sholat di belakang semua orang baik sholih maupun fajir tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [13]

  14. Hadits-hadits tentang dosa bagi yang tidak menqashar (meringkas) shalat dan mengerjakan puasa di dalam safar tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [14]

  15. Hadits-hadits tentang tidak ada sholat bagi yang masih memilliki hutang sholat tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam[15]

  16. Hadits-hadits tentang (larangan) Sholat jenazah di mesjid tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [16]

  17. Hadits-hadits tentang mengangkat kedua tangan dalam takbir-takbir Sholat Jenazah tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [17]

  18. Hadits-hadits tentang sholat sunnah di pertengahan bulan Sya’ban, pertengahan bulan Rajab, Sholat Iman dan Sholat Malam Isra’ Mir’raj tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

  19. Hadits-hadits tentang Sholat tasbih tidak tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [18]

  20. Hadits-hadits tentang Zakat madu tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam[19]

  21. Hadits-hadits tentang Zakat sayur-sayuran tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [20]

  22. Hadits-hadits tentang Keutamaan berpuasa di Bulan Rajab tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [21]

  23. Hadits-hadits tentang tidak sah nikah kecuali dengan dua orang saksi adil tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

  24. Hadits-hadits tentang (larangan) makan di pasar tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [22]

  25. Hadits-hadits tentang anak zina tidak akan masuk surga adalah hadits batil[23]

  26. Hadits-hadits tentang barangsiapa diberi hadiah dan di sisinya saat itu ada orang lain, maka mereka juga berhak terhadap hadiah tesebut tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam [24]

  27. Hadits-hadits tentang (anjuran) meninggalkan makan dan minum dari sesuatu yang diperbolehkan tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

  28. Hadits-hadits tentang keutamaan berbekam di hari-hari tertentu dan tentang dibencinya berbekam di hari-hari tertentu tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

  29. Hadits-hadits tentang Qiyas adalah Hujjah (dalil) tidak ada yang shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam






[1] Bagian ini adalah ringkasan dari kitab Risalah fi bayan ma lam yatsbut fil hadits minal abwab karya Abu Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi Rahimahullah dengan tahqiq  Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuuri Hafidhahullah . Catatan kaki kami nukil dari tahqiq beliau.



[2] Adapun Aqidah Ahlussunnah adalah Iman bertambah dan berkurang. Sebagaimana dinukil Ijma’oleh Imam As-Syafi’I bahwa hal tersebut adalah Ijma’ salaf.


[3] Adapun hadits :


القدرية مجوس هذه الأمة


“Al-Qodariyah adalah Majusinya Umat ini”


Dihasankan Oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shohihul Jami’ No. 4442


[4] Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qoyyim : “Pasal : Hadits-hadits Akal semuanya dusta” (Naqdul Manqul hal. 60)


[5] Diriwayatkan dari Jumlah besar para sahabat. Berkata Al-Baihaqi :”Lafadznya terkenal dan sanad-sanadnya lemah.” Berkata Imam Ahmad sebagaimana dinukil Ibnul Jauzi “ Sesungguhnya tidak tsabit sama sekali di sisi kami dalam bab ini”


Akan tetapi maknanya Shohih walaupun haditsnya lemah.


[6] Ibnul Jauzi menukil Imam Ahmad berkata :”Tidak ada yang shohih dalam permasalahan in” (Al-Ilal 96-107)


[7] IbnulJauzi menyebutkan salah satu hadits palsu dalam bab ini dalam Al-Mauduat :


”Akan ada pada umatku seorang laki-laki yag bernama Muhammad bin Idris (As-Syafi’i) dia lebih memberi kerusakkan pada umatku dibanding Iblis dan Abu Hanifah adalah pelita Umatku


Berkata Ibnul Jauzi : “Hadits ini palsu, dan laknat Allah atas yang membuatnya”


[8] Berkata Al-Baihaqi : ”Tidak ada yang shohih” (Al-Kubro 1/67)


[9] Berkata At-Tirmidzi : “Tidak ada yang shohih sama sekali dari Nabi dalam permasalahan ini” (Sunan /317)


[10] Berkata Imam Ahmad dan Ali Bin Abdullah : ”Tidak ada yang shohih sama sekali dalam permasalahan ini” (Ilal Tirmidzi 1/142)


[11] Berkata As-Syaukani dalam An-Nailul Authar (1/320) :”Berkata Al-Mundziri :” Dan hadits-hadits tentang kamar mandi semuanya berpenyakit (hadits) dan yang shohih adalah datang dari (ucapan) sahabat”


[12] Berkata Ad-Daruquthni :”Semuanya yang datang dari nabi tentang mengeraskan ucapan Basmallah tidak ada yang shohih”


[13] Berkata Al-Baihaqi : “Semuanya lemah, kelemahan yang paling tinggi” (Al-Kubro 19/4)


[14] Berkata Al-Uqoili :”Dan tidaklah ada sama sekali dalam lafadz ini sesuatu yang tsabit” (Ad-Dhu’afa 3/162)


[15] Berkata Ibnul Jauzi dalam Al-Ilal (750) : “Kami telah mendengarnya dari lisan-lisan manusia dan kami tidak mengetahui hadits ini memiliki asal:”


[16] Bahkan Shohih dari Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam bahwa beliau Mensholati Suhail Bin Al-Baidho’ di dalam Mesjid.


Berkata Ibnul Qoyyim dalam Zaadul Ma’ad (1/483) :”Dan yang benar bahwa sunnah dan petunjuk beliau Shalallahu 'alahi wassallam adalah sholat Jenazah di luar mesjid kecuali apabila ada udzur dan keduanya diperbolehkan dan yang lebih utama sholat bagi Jenazah di luar mesjid”


[17] Dan Shohih bahwa Ibnu Umar Rhadiyallahu' anhu melakukannya,sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Kubro (3/44 No. 6933) dan juga dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah .


Karena lemahnya hadits ini dari Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam maka tidak disunnahkan untuk mengangkat tangan dalam takbir-takbir Sholat Jenazah (kecuali Takhbiratul Ikhram) dan ini adalah madzhab Ab Hanifah, pendapat Ibnu Hazm, As-Syaukani, Al-Allamah Al-Albani dan Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i


[18] Berkata Al-Hafidz dalam At-Talkhis (482) dari Al-Uqoili berkata : “Dan tidaklah terdapat dalam masalah sholat tasbih, hadits yang shohih”


Berkata Al-Hafidz:”Dan yang benar semua jalur periwayatannya lemah” Yang juga berpendapat tentang lemahnya hadits-hadits tentang sholat tasbih adalah Ibnul Arobi, Ibnu Taimiyah, Al-Mizzi, At-Tirmidzi dan Imam Ahmad. Silahkan merujuk Ucapan ibnu Taimiyah dalam Majmu’ fatwa (11/579)


[19] Berkata Al-Hafidz dalam Fathul Bari’ (3/348) :” Dan ibnul Mundzir berkata : “Tidaklah dalam masalah madu kabar hadits tsabit, tidak pula Ijma’. Maka tidak ada zakat padanya dan ini adalah pendapat Jumhur (Mayoritas) Ulama”


[20] Berkata At-Tirmidzi : “Dan tidaklah shohih sama sekali dalam masalah ini dari nabi Shalallahu 'alahi wassallam “ (As-sunan 638)


[21] Berkata Syaikhul islam Ibnu Taimiyah :”Mereka menyebutkan hadits-hadits tentang keutamaan berpuasa di bulan Rajab, semuanya lemah bahkan palsu” (Minhajus Sunah 7/39)


[22] Berkata Al-Uqoili dalam Ad-Dhu’afa (3/198) : ”Tidak tsabit dalam hadits ini dari nabi Shalallahu 'alahi wassallam “


[23] Cukuplah firman Allah ta’ala :.


وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى


“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain".



[24] Berkata A-Uqoili :”Tidak ada yang shohih dalam permasalahan ini” (Naqdul Manqul, Ibnul Qoyyim 1/126)

Kumpulan Hadits Lemah dan Palsu No. 101-103

HADITS KESERATUS SATU :


خمس من العبادة : قلة الطعام عبادة والقعود في المساجد عبادة والنظر في المصحف من غير قراءة عبادة والنظر في وجه العالم عبادة وأظنه قال : والنظر في وجه الوالدين عبادة


“Lima perkara termasuk dari ibadah : Makan sedikt adalah ibadah, Duduk di mesjid adalah Ibadah, memandang mushaf (Al-Qur’an) tanpa membacanya adalah Ibadah, Memandang ke wajah ulama adalah ibadah “ dan aku (Rawi) telah menyangka beliau berkata : “dan memandang wajah kedua orang tua adalah Ibadah”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) sangat lemah, Diriwayatkan oleh Afiffuddin Abu Ma’ali dalam Fadhlul Ilmi (1/115) dari Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu secara Marfu (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1710 dengan ringkasan)



HADITS KESERATUS DUA


تضاعف الحسنات يوم الجمعة


“Pahala kebaikan dilipat gandakan pada hari Jum’at”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Ausath dari Abu Hurairah Rhadiyallahu ‘anhu  secara marfu (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 1765)



HADITS KESERATUS TIGA


الجنة تحت أقدام الأمهات


“Surga berada di bawah kaki Ibu”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Diriwayatkan oleh Ibnu Adi (1/325) dan Al-Uqoli dalam Ad-Dhuafa dari Ibnu Abbas Rhadiyallahu’ anhuma secara marfu.


Juga Diriwayatkan oleh Abu Bakar As-Syafi’I dalam Ar-Ruba’iyah dari Anas  secara marfu


Hadits yang hasan adalah hadits dari Muawiyah bin Jahimah :


أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا


“Sesungguhnya Jahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam kemudian berkata : “Wahai rasulullah, aku ingin berjihad dan aku telah datang untuk bergabung denganmu”, maka beliau Shalallahu ‘alahi wassallam berkata : “apakah engkau memiliki ibu ?” Jahimah menjawab : “Ya”. Maka beliau Shalallahu ‘alahi wassallam berkata : “Maka layanilah dia  sesungguhnya surga di bawah kedua kakinya”


Diriwayatkan oleh An-Nasa’I (2/54) dan selainnya. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 593 secara rigkasan)

Kumpulan Hadits Lemah dan Palsu No. 91-100

HADITS KESEMBILAN PULUH SATU


إذا أحب الله عبدا أغلق عليه أمور الدنيا و فتح له أمور الآخرة


“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka akan ditutup baginya perkara-perkara dunia dan dibukakan untuknya perkara-perkara akhirat”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Musnadul Firdaus dari Anas  Rhadiyallahu’ anhu dan beliau (Al-Albani) menghukumi hadits ini sebagai hadits lemah (Dho’iful Jami’ No. 295)



HADITS KESEMBILAN PULUH DUA


إذا رأيتم الحريقَ فكبروا فإن التكبيرَ يطفئُه


“Apabila kalian melihat kebakaran, bertakbirlah. Karena Sesungguhnya takbir mematikannya.”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Diriwayatkan oleh Al-Uqoili dalam Ad-Dhuafa (219) disandarkan dari Abdullah bin Amr’ bin Ash Radhiyallahu' anhuma secara marfu.


Datang pula dari jalur periwayatan lain yang semuanya lemah. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2603 dengan ringkasan dan perubahan)



HADITS KESEMBILAN PULUH TIGA


أربع من سنن المرسلين الحياء و التعطرو السواك و النكاح


“Empat perkara yang termasuk dari Sunnahnya para nabi : Rasa malu, memakai wangi-wangian, bersiwak dan menikah”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Dikeluarkan oleh Ahmad (5/421) dari Abu Ayyub Rhadiyallahu’ anhu secara marfu.


Dalam riwayat lain, lafadz “ Malu” diganti dengan lafadz “  khitan”


Datang pula dengan lafadz :


خمس من سنن المرسلين : الحياء و الحلم و الحجامة و التعطر و النكاح


“Lima perkara termasuk dari sunnahnya para Rasul : Rasa Malu, Murah hati, Berbekam, memakai wangi-wangian dan menikah”


Dikeluarkan oleh At-Thabrani dari Ibnu abbas Rhadiyallahu’ anhuma secara marfu dan sanadnya sangat lemah . (Nukilan dari Al-Irwaul Ghalil No. 75 Dengan ringkasan dan sedikit perubahan )



HADITS KE SEMBILAN PULUH EMPAT


أفضل طعام الدنيا والآخرة اللحم


“”Makanan yang paling mulia di dunia dan akhirat adalah Daging”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Sangat lemah. Dikeluarkan oleh Al-Uqoili dalam Ad-Dhuafa dari Ka’ab Radhiyallahu' anhu secara Marfu (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2518 dengan ringkasan)



HADITS KESEMBILAN PULUH LIMA


أكرموا العلماء فإنهم ورثة الأنبياء من أكرمهم فقد أكرم الله ورسوله


“Muliakanlah ulama, karena sesungguhnya mereka adalah pewaris para Nabi. Barangsiapa yang memuliakan mereka maka sungguh telah menuliakan Allah dan Rasulnya”



Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Dikeluarkan oleh Ibnu Jabrun dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad (4/437-438)


Adapun lafadz :


العلماء ورثة الأنبياء


“Ulama adalah pewaris para nabi “


Tsabit dalam riwayat Ibnu Hibban dan selainnya. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2678 dengan ringkasan)



HADITS KESEMBILAN PULUH ENAM


بين العالم والعابد سبعون درجة


“Antara seorang yang berilmu (Alim) dengan seorang yang banyak beribadah (Abid) jaraknya tujuh puluh derajat”



Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) sangat Lemah, Dikeluarkan oleh As-Syahin dalam At-Targhib (1/290) dan Ibnu Adi dalam Al-Kamil (4/134) dari Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu secara marfu (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2140) Silahkan merujuk pula Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 6578.



HADITS KESEMBILAN PULUH TUJUH


أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا نظر [ وجهه ] في المرآة قال :


اللهم كما أحسنت خلقي فحسن خلقي


Rasulullah apabila sedang memandang (wajahnya) di cermin, beliau mengucapkan ; “Ya Allah, sebagaimana engkau telah membaguskan penciptaanku maka baguskanlah akhlakku”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Ad-Da’wah dari Aisyah Rhadiyallahu' anha.


Datang pula jalur periwayatan lain disandarkan dari Ali Bin Abi Thalib, Ibnu Abbas dan Anas  bin Malik Rhadiyallahu' anhum dan semua jalur periwayatannya lemah sehingga tidak benar berdalil dengan hadits-hadits lemah ini tentang disyariatkannya membaca doa ini ketika sedang memandang Ke cermin.


Hadits yang Shahih adalah hadits untuk membaca doa ini di waktu kapan saja tidak terikat ketika sedang memandang ke cermin, sebagaimana hadits shahih yang datang dari Aisyah dan Ibnu Mas’ud Rhadiyallahu’ anhuma secara marfu dalam riwayat Ahmad (Nukilan dari Al-Irwaul Ghalil No, 74 Dengan ringkasan dan sedikit perubahan )



HADITS KESEMBILAN PULUH DELAPAN


أَنَّ الْجَزَاء مِنْ جِنْس الْعَمَل


“Balasan dari sesuatu perbuatan adalah termasuk dari perbuatan itu sendiri”


Lafadz ini bukanlah hadits Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam , melainkan tafsir para Imam-imam ahli tafsir terhadap firman Allah :


وَمَا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ


“Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang Telah kamu kerjakan” (QS. Ash-Shaafat : 39)


والذين كَسَبُواْ السيئات جَزَآءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ


“Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan” (QS. Yunus : 27)


Juga ayat-ayat lain yang semakna





HADITS KE SEMBILAN PULUH SEMBILAN


الجالس وسط الحلقة ملعون


“Orang yang duduk di tengah Halaqoh terlaknat”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Diriwayatkan oleh Al-Qhoti’ dalam Al-Alf Dinar.


Datang pula dengan Lafadz


أن رسول الله صلى الله عليه و سلم لعن من جلس وسط الحلقة


“Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam melaknat orang yang duduk di tengah Halaqoh”


Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Adi lafadz ini pun lemah. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 638 dengan ringkasan)



HADITS KESERATUS


كان لا يمس وجهي شيئا و أنا صائمة


“Rasulullah tidak pernah menyentuh sedikit pun wajahku ketika aku sedang berpuasa”


Hadits ini disandarkan dari Aisyah Rhadiyallahu' anha. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Mungkar, Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (904)


Hadits yang Shahih dengan jelas menyelisihi Hadits lemah ini, sebagaimana Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1/374) dan Ahmad (6/179) dari Aisyah Rhadiyallahu' anha, beliau berkata :


و كان يقبلني وهو صائم و أنا صائمة


“Dan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam menciumku dalam keadaan beliau berpuasa dan aku berpuasa”


Hadits ini Dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 219


(Nukilan dengan ringkas Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 858 dan Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 219 dengan sedikit perubahan)

Kumpulan Hadits Lemah dan Palsu No. 81-90

HADITS KEDELAPAN PULUH SATU


حب الدنيا رأس كل خطيئة


“Cinta dunia adalah puncak segala Kesalahan (dosa)”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Diriwayatkan oleh Hasan Al-Bashri disandarkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam (Mursal). Dan hadits Mursal adalah termasuk jenis hadits lemah.


Berkata Ibnu Taimiyah dalam Al-fatawa (2/196) :”Ucapan ini dikenal adalah ucapan Jundub bin Abdullah Al-Bahili adapun dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam  maka tidaklah memiliki sanad yang dikenal “.


(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 1226 dengan ringkasan dan sedikit perubahan )


HADITS KEDELAPAN PULUH DUA


الحديث في المسجد يأكل الحسنات كما تأكل البهائم الحشيش


Berbicara di Mesjid memakan kebaikan sebagaimana binatang ternak memakan rerumputan”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “Tidak memiliki asal”. Dicantumkan oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya’ (1/136) dan berkata Al-Hafidz Al-Iroqi : “Aku tidak menemukan (hadits ini) memilki sanad”


(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 4 dengan ringkasan)




HADITS KEDELAPAN PULUH TIGA


ما ترك عبد شيئا لله لا يتركه إلا له إلا عوضه الله منه ما هو خير له في دينه ودنيا


“Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah dan tidaklah dia meninggalkannya kecuali untuk Allah kecuali Allah akan menggantinya untuknya sesuatu yang lebih baik darinya dalam agama dan dunianya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Palsu dengan lafadz ini”. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul aulia (2/196) disandarkan dari Ibnu Umar, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda.


Hadits yang shahih adalah datang dengan tanpa lafadz :


في دينه ودنيا


“Dalam agama dan dunianya”


Lafadz yang shahih adalah :


إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ


“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah azza wa jalla kecuali Allah akan menggantinya yang lebih baik darinya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ dan sanadnya shahih atas syarat Muslim” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 5 dengan ringkasan)



HADITS KEDELAPAN PULUH EMPAT


"أحب الأسماء إلى الله عز و جل ما تعبد به" و في لفظ "أحب الأسماء إلى الله عز و جل ما عبد و حمد"


“Nama yang paling dicintai Allah adalah nama yang terdapat penghambaan (kepada) Allah di dalamnya”  dan dalam lafadz yang lain “Nama yang paling dicintai Allah adalah yang berupa penghambaan dan pujian (kepada Allah)”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah untuk lafadz yang pertama : (Hadits)Palsu, Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir dan Al-Ausath disandarkan dari Ibnu Mas’ud secara Marfu


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah untuk lafadz yang kedua : ”(Hadits) tidak ada asalnya, sebagaiman As-Suyuthi dan selainnya menghukuminya.”


Adapun hadits yang shahih adalah datang dengan lafadz :


أحب الأسماء إلى الله [ عزوجل ] عبد الله وعبد الرحمن


“Nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman”


Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud , At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 411 dengan ringkasan)




HADITS KEDELAPAN PULUH LIMA


احترسوا من الناس بسوء الظن


“Berhati-hatilah dari manusia dengan cara berprasangka buruk”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) sangat lemah. Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Ausath dan Ibnu Adi (6/2398) secara marfu


Dan hadits yang disandarkan kepada Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam jelas-jelas menyelisihi Hadits Shahih :


إياكم و الظن فإن الظن أكذب الحديث


“Berhati-hatilah kalian dari berprasangka karena prasangka adalah ucapan yang paling dusta”


Diriwayatkan oleh Al-Bukhori No. 4849 dari Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu . (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 156 Dengan ringkasan dan sedikit perubahan )



HADITS KEDELAPAN PULUH ENAM


آفة الدين ثلاثة فقيه فاجر وإمام جائر ومجتهد جاهل


“Tiga golongan yang memberi kerusakkan pada agama : Ulama yang suka berbuat maksiat, Pemimpin yang Dzalim dan Mujtahid yang bodoh”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Diriwayatkan oleh Abu Nua’im dalam Akhbar Ashbahan (2/238) disandarkan dari Ibnu Abbas secra marfu (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 819 dengan ringkasan)




HADITS KEDELAPAN PULUH TUJUH


آية الكرسى ربع القرآن


“Ayat Kursi setara dengan dengan seperempat Al-Qur’an”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Dho’iful Jami’ (No. 20) :” Diriwayatkan oleh Abu Syaikh dan Ats-Tsawab dari Anas  dan beliau (Al-Albani) mengatakan : “(Hadits) Lemah”


Salah satu hadits tentang keutamaan ayat kursi adalah hadits Abu Umamah Radhiyallahu' anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan selainnya , Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam bersabda :


من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة مكتوبة لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت


“Barangsiapa yang membaca ayat kursi di akhir setiap sholat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya dari masuk ke dalam surga kecuali kematian”


Hadits ini dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam kitab-kitabnya, diantarnya dalam Shohihul Jami’ No. 6464



HADITS KEDELAPAN PULUH DELAPAN


أبى الله أن يقبل عمل صاحب بدعة حتى يدع بدعته


“Allah enggan menerima amal (kebaikan) pelaku Bid’ah hingga dia meninggalkan Bid’ahnya


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Mungkar. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah (50) dan Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (4/2) disandarkan dai Ibnu Abbas, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam . (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1492 dengan ringkasan)


Datang pula dengan lafadz berbeda dengan makna yang hampir sama. Silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1493.


Hadits yang shahih adalah datang dengan lafadz :


إن الله احتجز التوبة عن صاحب كل بدعة


“Sesungguhnya Allah membatasi taubat dari semua pelaku bid’ah”


Hadits ini dikeluarkan oleh Abu  As-Syaikh dalam tarikh Ashbahan (hal. 259) dan At-Thabrani dalam Al-Ausath (4360). Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : Sanad (hadits) ini shahih dan perawinya perawi terpercaya, perawi-perawi Shahihain kecuali Harun Bin Musa. (Nukilan Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 1620)



HADITS KEDELAPAN PULUH SEMBILAN


ادفنوا دماءكم وأشعاركم وأظفاركم لا تلعب بها السحرة


“Pendamlah darah, rambut dan kuku kalian agar para tukang sihir tidak dapat bermain-main dengannya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) palsu, Diriwayatkan oleh Ad-Dailami (1/1/19) disandarkan dari Jabir secara Marfu.


(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2179 dengan ringkasan)


Datang pula dengan lafadz :


ادفنوا الاظفار والشعر والدم فانها ميتة


“Pendamlah kuku, darah dan rambut, Sesungguhnya benda-benda itu adalah mayat.”


Hadits ini juga palsu, silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2181.


HADITS KESEMBILAN PULUH


إذا أحب الله عبدا ألصق به البلاء


“Apabila Allah mencintai seorang  hamba, Allah akan mengiringinya dengan bala’ “


Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Sa’id Ibnu Musayyib secara Mursal. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : : (Hadits) Lemah,  (Dho’iful Jami’ No. 296)


Datang pula dengan lafadz :


إذا أحَبَّ اللّه عبدا ابْتَلاهُ


“Apabila Allah mencintai seorang hamba maka dia akan mengujinya”


Dengan lafadz ini pun, hadits ini sangat lemah. Diriwayatkan oleh Hunad dalam Az-Zuhud dan Ibnu Hibban dalam Ad-Dhuafa (3/122) disandarkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu secara marfu. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2202 dengan ringkasan)


Lafadz hadits yang shahih adalah yang datang dalam riwayat At-Tirmidzi (2/64) dan Ibnu Majah dari Anas  Rhadiyallahu’ anhu dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam :


إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط


“Sesungguhnya ganjaran (pahala) yang paling besar diiringi dengan besarnya musibah dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka dia akan menguji mereka . Maka barangsiapa yang ridho’ maka untuknya keridhoan (Allah) dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan (Allah)”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : tentang hadits ini : “Sanadnya baik “ (Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 146)

Kumpulan hadits Lemah No. 71-80

HADITS KETUJUH PULUH SATU


من نام بعد العصر فاختلس عقله


“Barangsiapa yang tidur setelah ashar maka akan hilang akalnya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Ad-Dhuafa (1/283) disandarkan dari Aisyah dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam . Dicantumkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Maudu’at (3/69) (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 39 dengan ringkasan)



HADITS KETUJUH PULUH DUA


المتمسك بسنتي عند فساد أمتي له أجر شهيد


“Mereka yang berpegang dengan Sunnahku ketika kerusakkan melanda Umatku, pahalanya adalah pahala orang yang mati Syahid”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (8/200) disandarkan dari Nabi (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 327 dengan ringkasan)


Hadits yang shahih adalah hadits :


أن وراءكم أيام الصبر المتمسك فيهن يومئذ بمثل ما أنتم عليه له كأجر خمسين منكم قالوا يا نبي الله أو منهم قال لا بل منكم


“Sesungguhnya termasuk yang akan datang kepada kalian adalah hari-hari penuh kesabaran , bagi orang yang berpegang teguh dengan apa-apa yang kalian (para sahabat) berada di atasnya adalah pahala lima puluh orang dari kalian (para sahabat). Para sahabat bertanya “ Wahai Nabi Allah, ataukah (lima puluh) orang dari mereka ??” beliau menjawab :”Bahkan (lima puluh) orang dari kalian”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “Sanadnya Shahih” (Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 394)



HADITS KETUJUH PULUH TIGA


نية المؤمن خير من عمله وعمل المنافق خير من نيته


“Niat seorang Mu’min lebih baik dari amalannya dan amalan seorang munafik lebih baik dari niatnya”


Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Kabir (6/185) dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/255) disandarkan dari Sahl bin ‘sa’ad secara marfu (Nukilan Tuhfathul Muhibbin. Hal. 314) .


Hadits ini dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Dho’iful Jami’ No. 5988

Kuumpulan hadits lemah dan palsu No. 61-70

HADITS KE ENAM PULUH SATU


من أعان ظالمًا سلطه الله عليه


“Barangsiapa yang meolong orang dzalim, maka Allah akan menjadikan orang dzalim itu menguasainya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Dikeluarkan oleh Abu Hafs Al-Katani dari Abdullah bin Mas’ud secara marfu (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 1937 dengan ringkasan)



HADITS KE ENAM PULUH DUA


من حفظ على أمتي أربعين حديثا من سنتي أدخلته يوم القيامة في شفاعتي


Barangsiapa dari umatku hapal empat puluh hadits dari Sunnahku, maka aku akan memasukkannya di hari kiamat dalam syafa’atku”



Hadits ini Diriwayatkan oleh Al-Khotib dan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas Rhadiyallahu’ anhuma. Datang  juga dengan lafadz-lafadz berbeda dengan makna yang sama diriwayatkan dari beberapa sahabat, Semuanya adalah hadits lemah.


Berkata Ad-Daruquthni : “Tidak tsabit sama sekali dari jalur-jalur periwayatannya” Berkata Al-Baihaqi : ” Seluruh sanad-sanadnya lemah” beliau juga berkata “Lafadznya terkenal akan tetapi tidak memiliki sanad yang shahih” (Nukilan dari Tuhfathul Muhibbin. Hal. 130)


Hadits ini dilemahkan oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i dalam kitabnya As-Syafa’at (No. 206-207). Dilemahkan pula oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam kitab-kitabnya diantaranya dalam Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no.(1/415) dan Takhrij Al-Musykat (258)





HADITS KE ENAM PULUH TIGA


من خرج في طلب العلم كان في سبيل الله حتى يرجع


“Barangsiapa yang keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di Jalan Allah sampai dia kembali”


Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ad-Darimi dari Anas . Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : dalam Takhrij Al-Musykat (220) : “(Hadits) Lemah”


Hadits yang shahih adalah dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :


من سلك طريقا يلتمس به علما سهل الله له طريقا إلى الجنة


“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga”


Hadits ini Dishahihkan Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih At-Tirmidzi No. 2646



HADITS KE ENAM PULUH EMPAT


من عير أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله


Barangsiapa yang mencela saudaranya disebabkan dosa-dosanya, maka dia tidak akan wafat sampai dia mengamalkannya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (3/318) dan Ibnu Abi Dunya dalam Dzamul ghibah dari Mu’adz bin Jabal Rhadiyallahu’ anhusecara Marfu ( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 178 dengan ringkasan). Lihat pula Takhrij Al-Musykat No. 4855




HADITS KE ENAM PULUH LIMA


من كثر كلامه كثر سقطه ومن كثر سقطه كثرت ذنوبه ومن كثرت ذنوبه كانت النار أولى


“”Barangsiapa yang banyak bicara maka banyak salahnya dan barangsiapa yang banyak salahnya maka banyak dosanya dan barangsiapa yang banyak dosanya maka neraka lebih berhak baginya”


Diriwayatkan oleh Ad-Dulabi dalam Al-Kuna (2/290) dal Al-Uqoili dalam Ad-Dhuafa (3/384) disandarkan dari Ibnu Umar dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam . Berkata Al-Uqoili : “ Hadits ini tidak terjaga” (Nukilan Tuhfathul Muhibbin. No. 137)


Hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Dho’iful Jami’ (5827)


Hadits yang shahih datang dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu, Rasululullah bersabda :


وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ


“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam” (Mutaffaqun alaihi)




HADITS KE ENAM PULUH TUJUH


من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم


“Barangsiapa yang tidak mengurusi kepentingan kaum muslimin, maka dia bukan termasuk dari golongan mereka”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam As-Shagir (hal. 188) dan Abu Nua’im dalam Akhbar ashbahan (2/252) disandarkan dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu' anhu dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 312 dengan ringkasan)


Datang pula degan lafadz-lafadz  berbeda, siahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 309-311



HADITS KE ENAM PULUH DELAPAN


من مات فقد قامت قيامته


“Barangsiapa yang meninggal, maka telah tegak kiamatnya”


Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,  Berkata Aal-Hafidz Al-Iroqi dalam Takhriju Ihya (4/56) :”Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam Kitabul Maut dari hadits Anas  dengan sanad yang lemah “ (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1166 dengan ringkasan)



HADIST KE ENAM PULUH SEMBILAN


من مات مريضا مات شهيدا


“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan sakit maka dia mati syahid”


Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1615) dan Al-Baihaqi. Dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Takhrij Al-Musykat (No. 1595) dan Dho’iful Jami’ (5862). Dicantumkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Mau’duat.


Hadits yang shahih adalah hadits yang datang dari Abu Umamah Rhadiyallahu’ anhu dalam riwayat At-Thabrani dan Al-Hakim, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :


إن العبد إذا مرض أوحى الله إلى ملائكته إنى قيدت عبدى بقيد من قيودى فإن أقبضه أغفر له وإن أعافه فحينئذ يقعد لا ذنب له


“Sesungguhnya seorang hamba apabila sedang sakit, Allah berfirman kepada malaikat-malaikatnya : “Wahai malaikat-malaikatku, aku telah membelenggu hambaku dengan belenggu dari belenggu-belengguku. Maka apabila aku mewafatkannya aku akan mengampuninya dan apabila aku menyembuhkannya maka kapan saja dia duduk (sehat) dia tidak lagi memiliki dosa-dosa” “ (Silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 1611)



HADITS KETUJUH PULUH


مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً يَبْلُغُ بِهِ إِلَى بَيْتِ اللهِ فَلَمْ يَحُجَّ فَلا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا


“Barangsiapa yang memiliki bekal dan kendaraan yang mencukupi hingga Baitullah, kemudian dia tidak berhaji maka tidak akan ada bedanya dia mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani”


Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (812) Al-Bazaar dalam Al-Musnad (861) dari Ali bin Abi Thalib Rhadiyallahu’ anhu.


Berkata At-Tirmidzi : “Haditsi Gharib (asing)”


Ibnul Jauzi mencantumkan hadits ini dalam Al-Mau’du’at (2/12) datang juga jalur lain dari Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu dan Abu Umamah Radhiyallahu' anhu ,keduanya lemah. (nukilan Tuhfathul Muhibbin. Hal. 140)


Disebutkan dalam tafsir Ibnu katsir dalam tafsir surat Ali Imran ayat 97, Umar bin Khatab Rhadiyallahu’ anhu berkata : “Barangsiapa yang mampu berhaji dan dia tidak melakukannya, maka sama saja baginya mati sebagai yahudi atau nasrani”


Berkata Ibnu Katsir : ”Sanad ini shahih hingga Umar Rhadiyallahu’ anhu”

Kumpulan hadits lemah dan palsu No. 51-60

HADITS KELIMA PULUH SATU


فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد


“”Seorang alim (faqih) lebih kuat bagi setan dibanding seribu ahli ibadah”


Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas secara Marfu. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Dho’iful Jami’ (3991) : “(Hadits) Palsu”



HADITS KELIMA PULUH DUA


كان إذا أفطر قال " اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت" "


“” Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam apabila berbuka, mengucapkan doa : Ya Allah, Untukmu aku berpuasa dan diatas rejekimu aku berbuka”


Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dan Ibnu Sunni dari Ibnu Abbas Rhadiyallahu’ anhuma dan Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamus Shogir dari Anas  Rhadiyallahu’ anhu. Keduanya lemah. (Al-Irwa’ul Ghalil no. 919 dengan ringkas)




HADITS KELIMA PULUH TIGA


كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا دخل الخلاء وضع خاتمه


“Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam apabila hendak masuk WC, beliau melepaskan cincinnya”


Diriwayatkan oleh Abu Dawud (19) dari Anas  bin Malik. Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah berkata : (Hadits) Mungkar. (Dho’if Sunan Abi Dawud No. 19)