Hukum yang berkaitan dengan makan Sahur

Sahur hukumnya sunnah berdasarkan Ijma’ sebagaimana  dinukil oleh Ibnu Mundzir dan Ibnu Qudamah. Dan termasuk dari sunnah Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam adalah mengakhirkan sahur hingga mendekati fajar, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu' anhu :


عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الأذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً.


Artinya : “Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata : Kami sahur bersama nabi Shalallahu 'alahi wassallam kemudian beliau bangkit untuk sholat" . Aku (Anas bin Malik) bertanya :Berapa jarak waktu antara adzan dan sahur ?” Zaid bin Tsabit menjawab : “sekitar (bacaan) 50 ayat” (HR. Bukhori 1921 – Muslim 1907)


Sahur dapat dilaksanakan dengan apa pun dari makanan dan minuman dan disunnahkan makan sahur dengan menggunakan kurma, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Rhadiyallahu' anhu , Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam bersabda :


نعم السحور للمؤمن التمر


Artinya : “Sebaik-baik sahurnya seorang mu’min adalah kurma “ (HR. Ibnu Hibban No. 883 dan Al-Baihaqi 4/236-237. Dishohihkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Silsilah Al-Ahadits As-Shohihah No 562)


Dan akhir waktu sahur adalah awal waktu puasa yaitu ketika terbitnya fajar shodiq (Fajar kedua). Diharamkan setelah terbitnya fajar kedua ini untuk makan, minum dan berhubungan badan. Ini adalah Madzahab As-Syafi’i, Ahmad, Abu Hanifah, Malik, dan Mayoritas ulama dari kalangan para sahabat dan Tabi’in Rahimahmuullah .  Berdasarkan firman Allah ta’ala :


وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الابْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ


Artinya : “Dan makan minumlah hingga tampak bagimu benang putih dari benang hitam dari fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa  itu sampai (datang) malam" (QS. Al-Baqarah :    187)


Dan termasuk dari perbuatan yang tidak ada asalnya dari Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam adalah perbuatan yang dilakukan sebagian kaum muslimin dengan menghentikan makanan dan minuman beberapa saat sebelum datangnya fajar dalam rangka untuk berhati-hati, mereka mengistilahkannya dengan waktu Imsak (Menahan). Perbuatan ini tidak ada asalnya dari Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam dan para sahabatnya. (Fathul Bari’ Hadits No. 1957)


Dan apabila telah terdengar adzan ketika seseorang sedang makan sahur dan di tangannya masih terdapat makanan atau minuman maka apabila dia mengetahui bahwa muadzin adalah orang yang benar-benar menjaga waktu-waktu sholat atau tidak bermudah-mudah dalam memajukannya. Maka tidak boleh bagi dia menyelesaikan makanan dan minuman yang ada di tangannya dan dia harus menghentikan sahurnya. Adapun hadits :


إذا سمع أحدكم النداء والإناء على يده فلا يضعه حتى يقضي حاجته منه


Artinya : “Apabila salah seorang dari kalaian mendengar adzan dan tempat minum (gelas dll) ada di tangannya, maka janganlah dia meletakkanya sampai dia menyelesaikan hajatnya darinya”


Hadits ini Dikeluarkan oleh Ahmad dan selainnya disandarkan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu . Hadist ini lemah, disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Al-Ilal (1/257) dari dua jalan. Jalan periwayatan pertama, ayah beliau (abu Hatim) menguatkan bahwa jalur ini Mauquf dan jalur yang kedua tidak shohih. Hadits ini juga dilemahkan oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i dan dicantumkan oleh beliau dalam Ahadits Mualah (437)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar