Kumpulan hadits lemah dan palsu No. 19 dan 20

HADITS KESEMBILAN BELAS


من حج البيت ولم يزرنى فقد جفانى


“Barangsiapa yang menunaikan ibadah Haji kemudian tidak berziarah kepadaku maka sungguh dia telah bersikap kasar kepadaku”



Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Palsu, begitulah Al-Hafidz Adz-Dzahabi menghukuminya dalam Al - Mizan (3/237) dan As-Shon’ani telah mencantumkannya dalam Al-Ahadits Al-Maudu’at (hal. 6).


Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Adi (7/2480) dan Ibnu Hibban dalam Ad-Dhuafa (2/73)”……..hingga ucapan beliau (Al-Albani)….: “ hal itu dikarenakan ziarah kepada makam beliau Shalallahu Alaihi Wassallam walaupun termasuk dari amalan mendekatkan diri kepada Allah (ibadah) maka sesungguhnya hukumnya tidak sampai melebihi hukum mustahabah, sehingga bagaimana bisa meninggalkan perbuatan tersebut teranggap sebagai perbuatan kasar kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam ???(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 45 dengan ringkasan dan perubahan)


Hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i Rahimahullah dalam Ghorothul Asyrithoh (2/200)


Berkata Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa (18/342) : “(Hadits) Dusta” dan berkata pula dalam Al-Fatawa (27/35) : “ Dan tidak tsabit (hadits) dari Rasulullah Shalallahu Alaihi tentang ziarah ke kuburan beliau”


Hadits yang Shahih adalah keutamaan berziarah ke 3 mesjid, yakni Mesjidil Haram, Mesjid Nabawi dan Majidl Aqsha. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Rhadiyallahu ‘anhu  Rhadiyallahu' anhu, Rasulullah bersabda :.


لا تُشَدُّ الرِّحَالُ الا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى


”Dan tidaklah bersusah payah melakukan perjalanan jauh kecuali ke tiga Mesjid : Masjidil Al-Haram, Mesjid Nabawi dan Mesjid Al-Aqsha” (HR. Bukhori No. 1189 dan Muslim 3384)


Adapun ketika telah tiba di Mesjid Nabawi, Disunnahkan untuk berziarah kepada makam  beliau Shalallahu ‘alahi wassallam.


HADITS KEDUA PULUH


ما أخدث قوم بدعة الا رفع مثلها من السنة


“Tidaklah suatu kaum membuat perkara-perkara bid’ah kecuali diangkat yang semisalnya dari perkara Sunnah”


Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (4/105) Al-Lalaka’I dalam Syarah ushulil I’tiqhod (121) dan Ibnu Bathah dalam Al-Ibanah Kitabul Iman (No. 10) dari Ghudaif bin Al-Harits Rhadiyallahu’ anhusecara marfu. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Takhrij Al-Musykat (No.187) :” “Sanadnya lemah”


Yang shahih bahwa ini adalah ucapan Usamah bin Athiyah Rahimahullah , diriwayatkan oleh Ad-Darimi (1/54) (Nukilan secara ringkas dari Tuhfatul Muhibbin Hal. 118-119 dan Takhrij Al-Muykat No. 187)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar