MALAM LAILATUL QADAR

MALAM LAILATUL QADAR


Atas pendapat yang shohih, Malam Lailatul Qadar terjadi diantara malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan (21,23,25,27,29). Ini adalah pendapat Al-Hafidz, Abu Tsaur, Al- Mizzi, Ibnu Huzaimah, Ibnu Daqiqiel Ied dan sejumlah kalangan ulama. Berdasarkan hadits Aisyah dan Abu sa’id Radhiyallahu’ anhuma , Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :


تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Artinya : ”Berjaga-jagalah (carilah) Lailatul Qodar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan” ( HR. Bukhari No. 2016-2017)


Dan bagi yang menghidupkan malam-malam lailatul qodar dengan ibadah yang disyariatkan maka dia termasuk yang dijanjikan mendapatkan keutamaan malam tersebut, walaupun dia tidak mengetahui bahwa malam tersebut adalah malam lailatul qadar. Ini adalah pendapat Ath-Thabari, Ibnu Arobi dan Sebagian ulama dan pendapat ini yang dikuatkan oleh Ibnu Utsaimin Rahimahullah .


Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam apabila Ramadhan telah memasuki sepuluh hari terakhir, beliau semakin menggiatkan ibadahnya. Sebagaimana dalam hadits Aisyah Radhiyallahu’ anha :


كان رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا دخل العشر أحيا الليل وأيقظ أهله وجد وشد المئزر


Artinya : “Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam apabila telah memasuki sepuluh hari (terakhir dari Ramadhan), belliau membangunkan keluarganya (untuk beribadah), menggiatkan dan bersungguh-sungguh dalam ibadahnya” (HR. Muslim No. 1174)


Malam lailatul Qadar memilki beberapa tanda, diantaranya :


Hawa pada malam tersebut sedang, tidak panas tidak pula dingin. Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :


و هي ليلة طلقة بلجة لا حارة و لا باردة


Artinya : “Dan Malam lailatul qadar adalah malam yang cerah dan terang, tidak panas dan tidak pula dingin “ (HR. Ibnu Huzaimah dari Jabir dan Ibnu  Abbas, dan Diriwayatkan Ahmad dari Ubadah, datang juga dari sahabat yang lain dan dihasankan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shohihul Jami’ No. 5472 atau 5475 )


Turun hujan pada malam tersebut, sebagaimana dalam hadits  Abu Sa’id Radhiyallahu’ anhu , ketika beliau mengabarkan tentang jatuhnya malam lailatul qadar:


فمطرنا ليلة ثلاث وعشرين


Artinya : “Dan turun hujan pada kami pada malam dua puluh tiga (Ramadhan)” (HR. Bukhori No. 2118 dan Muslim No. 1168)


Pada pagi harinya matahari terbit tidak menyilaukan mata, berdasarkan hadits Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu’ anhu :


والله إني لأعلم أي ليلة هي هي الليلة التي أمرنا بها رسول الله صلى الله عليه و سلم بقيامها هي ليلة صبيحة سبع وعشرين وأمارتها أن تطلع الشمس في صبيحة يومها بيضاء لا شعاع لها


Artinya : “ Demi Allah, sungguh aku telah mengetahui pada malam keberapa malam itu (lailatul qadar) , malam itu adalah malam yang Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam memerintahkan kami padanya untuk menghidupkannya yaitu malam dua puluh tujuh dan tandanya adalah terbitnya matahari pada subuh hari itu berwarna putih dan tidak menyilaukan mata “ (HR. Muslim No. 762)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar